Selasa, 27 Mei 2014

BAHASA INDONESIA 2 (TULISAN)



RINGKASAN NOVEL
Judul               = Paris
Penulis            = Prisca Primasari
Penerbit          = Gagas Media
Tahun terbit   = 2014

PARIS

-Setiap tempat punya cerita-

            Aline ofeli berlari menuju toilet sebuah bistro Indonesia yang terletak di sebuah kota di Paris Perancis. Sambil sesenggukan ia menahan sesak saat pria yang ia sukai selama ini yang biasa ia sebut ubur-ubur lebih memilih temannya sesama pekerja part time yang menurutnya memiliki banyak kelebihan dibanding dirinya.
            Dengan masih menahan sesak, ia memberanikan diri menemui atasannya Monsieur Borodin untuk meminta cuti selama satu minggu alasannya ingin mengambil semester pendek tentang sejarah rempah-rempah. Padahal untuk mata kuliah prodi histoire tidak ada pelajaran sejarah rempah-rempah, alasan sesungguhnya adalah ingin menenangkan diri dengan tidak bertemu dengan dua orang sesama koki yang membuat hatinya terluka.
            Di Paris Aline tinggal sendiri di sebuah flat di Quarter Latin tak jauh dari tempatnya bekerja part time sebagai kasir di bistro Indonesia. Aline meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan sekolahnya di paris untuk program master jurusan prodi histoire di pantheon-sorbone atas keinginan ayahnya sebelum meninggal dunia.
            Setelah Monsieur Borodin mengijinkan cuti, Aline bergegas keluar dari bistro tersebut kemudian berjalan menyusuri Jardin du Luxemburg. Sambil duduk di taman matanya tiba-tiba mengarah ke sebuah onggokan pecahan porselen di kaki bangku tempat ia duduk. Entah apa yang membuatnya tidak ingin memalingkan pandangan dari porselen itu, mungkin karena warnanya ungu sama seperti warna kesukaannya atau karena sebuah tulisan “Aeolus Sena” yang membuatnya semakin penasaran.
            Dengan tujuan mengenyahkan ubur-ubur dari benaknya, Aline memutuskan membawa pulang porselen itu untuk menyatukan yang pecah dan mencari tahu siapa Aeolus sena. Sesampainya di rumah ia langsung membuka netbooknya mencari nama itu. Yang ia temukan pertama adalah akun twitter milik Aeolus sena yang sudah tidak pernah diperbarui sejak 2009 (sekarang 2010). Rasa penasaran Aline terhadap poreselen itu membuatnya mengirim pemberitahuan melalui e-mail milik Aeolus sena yang dia sendiri tidak tahu masih aktif atau tidak.
            Sungguh mengejutkan, kurang dari satu jam e-mail pun dibalas oleh Sena dan mengajaknya bertemu dengan membawa porselen itu di Place de la Bastille pukul 12 malam. Dengan rasa takut akhirnya Aline menunggu di tempat itu. Namun kedatangan pemuda yang sedang mabuk membuat Aline bergegas pergi menuju stasiun metro kembali ke apartemennya. Saat itu juga e-mail masuk dari Sena yang meminta maaf karena tidak dapat datang malam itu.
            Aline tiba di apartemennya dengan rasa kesal dan sampai di balkon ia bertemu dengan Ezra, kakak kelasnya di kampus dan jurusan yang sama. Ezra juga mahasiswa Indonesia yang tinggal di flat yang sama dengan Aline. Ezra memendam rasa sayangnya kepada Aline semenjak tinggal di Paris.
            Pagi tiba, saat itu juga e-mail masuk dari Sena dan mengajaknya bertemu kembali di tempat dan jam yang sama. Aline mulai bertanya-tanya kenapa harus Place de la Bastille? Kenapa harus pukul dua belas malam. Saat malam datang Aline bergegas menuju Place de la Bastille dan berharap Sena akan menepati janjinya. Satu jam menunggu, akhirnya Sena mengirim e-mail memberi tahu bahwa ia tidak dapat datang dan meminta nomer handphone Aline. Setelah menelepon, Sena berjanji untuk datang besok malam di tempat yang sama.
            Dengan ditemani Ezra, akhirnya Aline datang kembali ke Place de la Bastille untuk menemui Sena si pemilik porselen itu. Setelah menunggu akhirnya yang di tunggu-tunggu pun datang. Dengan pakaian kedodoran serta syal yang bertumpuk dan kaca mata yang kebesaran mirip penjaja keliling di Montmartre. Karena Aline sudah mengembalikan porselennya dan menunggu selama 3 malam, Sena menawarkan Aline untuk mengajukan permintaan dan disetujui Aline dengan mengajukan tiga permintaan.
            Keesokan harinya mereka bertemu di sebuah toko roti di Beaumarchais Boulangerie pukul 12 siang. Sambil menikmati roti, Aline mengajukan permintaan pertama yaitu ingin pulang ke jakarta karena selain tidak punya waktu, persediaan uang sudah menipis dan akan segera masuk kuliah. Namun Sena tidak lantas menyetujui permintaan Aline dan Sena menawarkan agar ibunya saja yang mengunjungi Aline di Paris dengan biaya ditanggung oleh Sena. Aline berpikir bahwa ibunya memiliki usaha percetakan undangan dan harus mengurus adiknya.
            Dalam obrolannya, Aline akhirnya tahu bahwa Sena adalah lulusan dari sekolah perfilman dua tahun lalu dan kini bekerja di tempat reparasi mesin ketik, jenis pekerjaan yang membuat Aline heran kenapa harus mesin tik di abad 21 ini. Sena mengantarkan Aline pulang ke flatnya dan saat Aline akan tidur terdengar Sena sedang berbicara dengan Ezra. Aline keluar dan bertanya namun tidak dijawab serius oleh Sena dan Ezra seperti ada yang disembunyikan oleh mereka.
            Aline dan Sena semakin sering bertemu, dari berjalan menyusuri Beauman Chaiss Boulangerie sampai Pere Lachaise,sebuah pemakaman para sineas perfilman. Rasa penasaran Aline semakin bertambah saat tau Sena baru pernah mengunjungi tempat itu sejak  tahun 2002. Mengingatkan  Aline pada teka teki sebelumnya tentang Place de la Bastille dan pukul 12 malam serta kenapa harus bekerja di reparasi mesin tik.
            Permintaan kedua Aline pada Sena adalah membuat Putra si ubur-ubur putus dengan pacarnya. Bukan karena ia ingin menjadi pacar Putra, melainkan ia kesal karena Putra dan pacarnya selalu menjelek-jelekkan dirinya. Namun usaha Sena untuk membuat mereka putus tidak berhasil. Dengan wajah kesal Aline terus menggerutu sambil mengoceh tiada henti hingga akhirnya Sena menarik kepala Aline dan mencium bibirnya dengan hangat. Seketika itu Aline terdiam dengan tubuh gemetar, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
            Beberapa hari setelah kejadian Sena mencium Aline, sejak saat itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Saat Aline mencoba mencari tahu, handphone Sena tidak bisa lagi dihubungi, e-mail tidak pernah dibalas. Membuat Aline dipenuhi rasa gelisah dan khawatir seolah ada sebuah rasa yang tak biasa antara dirinya dengan Sena. Hingga akhirnya ada pesan masuk  dari nomer tidak dikenal dan ternyata dari Sena yang memintanya untuk turun keluar dari apartemen. Aline berlari turun menuju keluar dan benar, Sena langsung menyapanya dan meminta Aline untuk cepat-cepat menyimpan sebuah bungkusan. Aline menurutinya. Aline kembali turun takut Sena menghilang lagi dan Sena masih menunggu di bawah. Namun tiba-tiba ada seorang wanita tua datang langsung menarik tangan Sena kuat-kuat sambil mengancam agar tidak kabur lagi.
            Aline semakin bingung melihatnya dan memutuskan untuk mengikuti kemana Sena dibawa oleh wanita itu. Sampai akhirnya tiba di sebuah rumah tua dan langsung menarik masuk Sena ke dalam dan mengunci pagarnya. Kalimat terakhir yang diucapkan Sena hanyalah apartemen Bienvenue nomer 56 distrik Beumarchais. Aline langsung menuju alamat tersebut, kebetulan dia bertemu dengan Ezra dan memutuskan pergi bersama mencari alamat tersebut. Akhirnya rumah yang dimaksud ditemukan, Aline dan Ezra langsung bertemu dengan Marabel kakak Sena dan menceritakan tentang Sena kepada Marabel dan suaminya Monsieur Olivier.Marabel mulai bercerita tentang Sena.  
            Sena diangkat oleh pasangan Poussin sebagai anak karena anak kandungnya sudah meninggal dunia. Rupanya pasangan Poussin menganggap Sena bisa menggantikan putranya. Keluarga Poussin tidak ingin lagi kehilangan anak kedua kalinya hingga mereka memutuskan mengurung Sena di sebuah loteng dan mempekerjakannya untuk reparasi mesin tik, mengetik naskah novel  dari berbagai penulis yang tidak suka dengan teknologi komputer. Marabel juga bercerita bahwa ia mengirim surat dan porselen untuk Sena namun tidak ada balasan.
            Setelah mendengar cerita dari Marabel. Aline dan Ezra kembali ke apartemennya, saat itu Aline kaget melihat tumpukan koper di depan kamar Ezra. Ternyata Ezra harus pergi ke Peru untuk misi arkeologinya. Pada malam itu Aline membuka bungkusan yang dititipkan Sena padanya, ternyata berisi dvd film pendek berdurasi 15 menit, dan yang membuat Aline kaget adalah ternyata film itu tentang dirinya, Ezra dan Sena yang sengaja direkam oleh Sena menggunakan handycam tanpa sepengetahuan Aline.
            Tiga hari setelah kepergian Ezra, Aline pergi ke rumah keluarga Poussin untuk bertemu Sena. Sesampainya di rumah itu Aline didorong keluar oleh Monsieur Poussin. Sekilas yang ia lihat hanya banyak poster bertuliskan “Moliere” didalam rumah tersebut.
            Aline kembali ke kediaman Marabel dan menceritakan yang terjadi. Oliver suami Marabel kemudian memberikan buku Jean Baptise-Poquelin atau Molire seharga empat puluh juta untuk ditukar dengan Sena. Akhirnya Aline kembali kerumah pasangan Poussin, saat akan diusir Aline menunjukkan buku itu, dan diijinkan masuk. Namun yang terjadi buku itu diambil paksa oleh  Madame Poussin dan Aline tidak boleh keluar dari rumah itu sampai ia menyelesaikan ketikan naskah setebal tiga pulus senti. Sambil mengetik, Madame Poussin bercerita dengan nada tinggi bahwa ialah yang menghancurkan porselen yang dikirim Marabel dan dibuang di taman Jardin Luxemburg, sejak saat itu Sena semakin sering membangkang, sering kabur dari loteng dengan membuat lubang di atap saat pasangan Poussin tidak ada di rumah. Jika ketahuan Sena akan menerima pukulan beton dan itu sudah sering terjadi.
            Setelah beberapa hari berada di rumah itu Sena akhirnya turun dan langsung menggendong Aline yang terlihat kelelahan berniat keluar untuk membeli makan. Merekapun dapat keluar tanpa perlawanan dari pasangan Poussin. Saat keluar itulah Sena dan Aline pergi ke rumah Marabel. Raut bahagia tidak dapat disembunyikan dari wajah Marabel karena sudah lama tidak pernah bertemu.
            Aline kembali sendiri ke apartemennya. Sena akhirnya menyusul Aline namun hanya berada di seberang jalan berbicara dengan Aline dengan handphonenya. Sena mengungkap alasan mengapa waktu itu ia mencium bibir Aline, itu karena ia tidak punya cara lain untuk menenangkan Aline yang sedang kalut. Sena meminta waktu kepada Aline untuk menunggunya karena ingin menyelesaikan masalah dengan pasangan Poussin. Sena tidak memberi tahu berapa lama Aline harus menunggu dan Aline bersikeras akan menunggu. Sejak saat itu mereka tidak pernah ada komunikasi, telepon tidak ada jawaban,e-mail seakan diabaikan.

Dua tahun kemudian
            Aline berhasil menyelesaikan tesisnya dengan nilai yang lumayan dari program master jurusan prodi histoire. Marabel dan suaminya sudah enam bulan lebih dulu pulang ke Indonesia. Keluarga Poussin dirawat di rumah sakit jiwa Bicetre Hospital. Marabel meyakinkan Aline bahwa Sena akan menghubunginya.
            Waktu demi waktu Aline lewati namun tak juga Sena menghubungi. Dengan putus asa Aline mengirim e-mail kepada Sena untuk memberitahukan bahwa besok Aline akan pulang ke Indonesia dan mengucapkan terima kasih. Tak ada balasan...
            Esoknya Aline tiba di bandara Charles de Gaulle, ia tidak tahu bahwa Sena mengikutinya. Terjadi perdebatan dibandara karena Aline kesal Sena tak pernah menghubunginya dan tidak membalas e-mailnya, membuatnya terlalu khawatir. Sena meminta maaf kepada Aline dan menjelaskan bahwa selama ini Sena tidak pernah mengira Aline akan benar-benar menunggunya dan mengira Aline memilih Ezra yang telah kembali ke Perancis dan ternyata tanpa sepengetahuan Aline.
            Saat terjadi perdebatan, Sena merayu Aline dan mengingatkan dia masih punya satu permintaan lagi dan Aline langsung menjawab “menikah”. Sena terdiam selama dalam perjalanan sampai tiba di bandara Jakarta. Marabel menelpon Sena dan memintanya untuk segera menikah dengan Aline sambil mengancam akan menjodohkan Aline dengan teman suaminya. Aline mendengarnya karena telpon di loudspeaker. Setelah telepon ditutup Aline langsung meminta maaf atas permintaan ketiganya dan meminta Sena tidak perlu memenuhinya segera. Namun Sena tidak ingin Aline jatuh ke pangkuan pria lain dan memutuskan untuk segera menikahi Aline.
            Teka teki yang menyelimuti pikiran Aline pun terkuak. Porselen itu sangat berharga karena itu pemberian dari Marabel kakaknya yang sangat ia sayangi. Place de Bastille dipilih karena mudah di jangkau dan dekat dengan rumah kakaknya, pukul 12 malam karena Sena menunggu pasangan Poussin keluar rumah. Saat dua malam Sena tidak datang itu karena pasangan Poussin tiba-tiba menunda kepergiannya. Dan mengapa baru sekarang ia bisa pergi ke Pere Lachaise, itu karena ia tidak pernah punya kesempatan keluar selain ke kampus yang jadwalnya sudah dipegang oleh pasangan Poussin.
Demikian ringkasan novel Paris yang saya buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar