RINGKASAN NOVEL
Judul = Paris
Penulis = Prisca
Primasari
Penerbit = Gagas Media
Tahun terbit = 2014
PARIS
-Setiap
tempat punya cerita-
Aline
ofeli berlari menuju toilet sebuah bistro Indonesia yang terletak di sebuah
kota di Paris Perancis. Sambil sesenggukan ia menahan sesak saat pria yang ia
sukai selama ini yang biasa ia sebut ubur-ubur lebih memilih temannya sesama
pekerja part time yang menurutnya memiliki banyak kelebihan dibanding dirinya.
Dengan
masih menahan sesak, ia memberanikan diri menemui atasannya Monsieur Borodin
untuk meminta cuti selama satu minggu alasannya ingin mengambil semester pendek
tentang sejarah rempah-rempah. Padahal untuk mata kuliah prodi histoire tidak
ada pelajaran sejarah rempah-rempah, alasan sesungguhnya adalah ingin
menenangkan diri dengan tidak bertemu dengan dua orang sesama koki yang membuat
hatinya terluka.
Di
Paris Aline tinggal sendiri di sebuah flat di Quarter Latin tak jauh dari
tempatnya bekerja part time sebagai kasir di bistro Indonesia. Aline
meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan sekolahnya di paris untuk program
master jurusan prodi histoire di pantheon-sorbone atas keinginan ayahnya
sebelum meninggal dunia.
Setelah
Monsieur Borodin mengijinkan cuti, Aline bergegas keluar dari bistro tersebut
kemudian berjalan menyusuri Jardin du Luxemburg. Sambil duduk di taman matanya
tiba-tiba mengarah ke sebuah onggokan pecahan porselen di kaki bangku tempat ia
duduk. Entah apa yang membuatnya tidak ingin memalingkan pandangan dari
porselen itu, mungkin karena warnanya ungu sama seperti warna kesukaannya atau
karena sebuah tulisan “Aeolus Sena” yang membuatnya semakin penasaran.
Dengan
tujuan mengenyahkan ubur-ubur dari benaknya, Aline memutuskan membawa pulang
porselen itu untuk menyatukan yang pecah dan mencari tahu siapa Aeolus sena. Sesampainya
di rumah ia langsung membuka netbooknya mencari nama itu. Yang ia temukan
pertama adalah akun twitter milik Aeolus sena yang sudah tidak pernah diperbarui
sejak 2009 (sekarang 2010). Rasa penasaran Aline terhadap poreselen itu
membuatnya mengirim pemberitahuan melalui e-mail milik Aeolus sena yang dia
sendiri tidak tahu masih aktif atau tidak.
Sungguh
mengejutkan, kurang dari satu jam e-mail pun dibalas oleh Sena dan mengajaknya
bertemu dengan membawa porselen itu di Place de la Bastille pukul 12 malam. Dengan
rasa takut akhirnya Aline menunggu di tempat itu. Namun kedatangan pemuda yang
sedang mabuk membuat Aline bergegas pergi menuju stasiun metro kembali ke
apartemennya. Saat itu juga e-mail masuk dari Sena yang meminta maaf karena
tidak dapat datang malam itu.
Aline
tiba di apartemennya dengan rasa kesal dan sampai di balkon ia bertemu dengan
Ezra, kakak kelasnya di kampus dan jurusan yang sama. Ezra juga mahasiswa
Indonesia yang tinggal di flat yang sama dengan Aline. Ezra memendam rasa sayangnya
kepada Aline semenjak tinggal di Paris.
Pagi
tiba, saat itu juga e-mail masuk dari Sena dan mengajaknya bertemu kembali di
tempat dan jam yang sama. Aline mulai bertanya-tanya kenapa harus Place de la
Bastille? Kenapa harus pukul dua belas malam. Saat malam datang Aline bergegas
menuju Place de la Bastille dan berharap Sena akan menepati janjinya. Satu jam
menunggu, akhirnya Sena mengirim e-mail memberi tahu bahwa ia tidak dapat
datang dan meminta nomer handphone Aline. Setelah menelepon, Sena berjanji
untuk datang besok malam di tempat yang sama.
Dengan
ditemani Ezra, akhirnya Aline datang kembali ke Place de la Bastille untuk
menemui Sena si pemilik porselen itu. Setelah menunggu akhirnya yang di
tunggu-tunggu pun datang. Dengan pakaian kedodoran serta syal yang bertumpuk
dan kaca mata yang kebesaran mirip penjaja keliling di Montmartre. Karena Aline
sudah mengembalikan porselennya dan menunggu selama 3 malam, Sena menawarkan
Aline untuk mengajukan permintaan dan disetujui Aline dengan mengajukan tiga
permintaan.
Keesokan
harinya mereka bertemu di sebuah toko roti di Beaumarchais Boulangerie pukul 12
siang. Sambil menikmati roti, Aline mengajukan permintaan pertama yaitu ingin pulang
ke jakarta karena selain tidak punya waktu, persediaan uang sudah menipis dan
akan segera masuk kuliah. Namun Sena tidak lantas menyetujui permintaan Aline
dan Sena menawarkan agar ibunya saja yang mengunjungi Aline di Paris dengan
biaya ditanggung oleh Sena. Aline berpikir bahwa ibunya memiliki usaha
percetakan undangan dan harus mengurus adiknya.
Dalam
obrolannya, Aline akhirnya tahu bahwa Sena adalah lulusan dari sekolah perfilman
dua tahun lalu dan kini bekerja di tempat reparasi mesin ketik, jenis pekerjaan
yang membuat Aline heran kenapa harus mesin tik di abad 21 ini. Sena mengantarkan
Aline pulang ke flatnya dan saat Aline akan tidur terdengar Sena sedang
berbicara dengan Ezra. Aline keluar dan bertanya namun tidak dijawab serius
oleh Sena dan Ezra seperti ada yang disembunyikan oleh mereka.
Aline
dan Sena semakin sering bertemu, dari berjalan menyusuri Beauman Chaiss
Boulangerie sampai Pere Lachaise,sebuah pemakaman para sineas perfilman. Rasa penasaran
Aline semakin bertambah saat tau Sena baru pernah mengunjungi tempat itu sejak tahun 2002. Mengingatkan Aline pada teka teki sebelumnya tentang Place
de la Bastille dan pukul 12 malam serta kenapa harus bekerja di reparasi mesin
tik.
Permintaan
kedua Aline pada Sena adalah membuat Putra si ubur-ubur putus dengan pacarnya. Bukan
karena ia ingin menjadi pacar Putra, melainkan ia kesal karena Putra dan
pacarnya selalu menjelek-jelekkan dirinya. Namun usaha Sena untuk membuat
mereka putus tidak berhasil. Dengan wajah kesal Aline terus menggerutu sambil
mengoceh tiada henti hingga akhirnya Sena menarik kepala Aline dan mencium
bibirnya dengan hangat. Seketika itu Aline terdiam dengan tubuh gemetar, tidak
tahu apa yang harus dilakukan.
Beberapa
hari setelah kejadian Sena mencium Aline, sejak saat itu mereka tidak pernah
bertemu lagi. Saat Aline mencoba mencari tahu, handphone Sena tidak bisa lagi
dihubungi, e-mail tidak pernah dibalas. Membuat Aline dipenuhi rasa gelisah dan
khawatir seolah ada sebuah rasa yang tak biasa antara dirinya dengan Sena. Hingga
akhirnya ada pesan masuk dari nomer
tidak dikenal dan ternyata dari Sena yang memintanya untuk turun keluar dari
apartemen. Aline berlari turun menuju keluar dan benar, Sena langsung
menyapanya dan meminta Aline untuk cepat-cepat menyimpan sebuah bungkusan. Aline
menurutinya. Aline kembali turun takut Sena menghilang lagi dan Sena masih
menunggu di bawah. Namun tiba-tiba ada seorang wanita tua datang langsung
menarik tangan Sena kuat-kuat sambil mengancam agar tidak kabur lagi.
Aline
semakin bingung melihatnya dan memutuskan untuk mengikuti kemana Sena dibawa
oleh wanita itu. Sampai akhirnya tiba di sebuah rumah tua dan langsung menarik
masuk Sena ke dalam dan mengunci pagarnya. Kalimat terakhir yang diucapkan Sena
hanyalah apartemen Bienvenue nomer 56 distrik Beumarchais. Aline langsung
menuju alamat tersebut, kebetulan dia bertemu dengan Ezra dan memutuskan pergi
bersama mencari alamat tersebut. Akhirnya rumah yang dimaksud ditemukan, Aline
dan Ezra langsung bertemu dengan Marabel kakak Sena dan menceritakan tentang
Sena kepada Marabel dan suaminya Monsieur Olivier.Marabel mulai bercerita
tentang Sena.
Sena
diangkat oleh pasangan Poussin sebagai anak karena anak kandungnya sudah
meninggal dunia. Rupanya pasangan Poussin menganggap Sena bisa menggantikan
putranya. Keluarga Poussin tidak ingin lagi kehilangan anak kedua kalinya
hingga mereka memutuskan mengurung Sena di sebuah loteng dan mempekerjakannya
untuk reparasi mesin tik, mengetik naskah novel
dari berbagai penulis yang tidak suka dengan teknologi komputer. Marabel
juga bercerita bahwa ia mengirim surat dan porselen untuk Sena namun tidak ada
balasan.
Setelah
mendengar cerita dari Marabel. Aline dan Ezra kembali ke apartemennya, saat itu
Aline kaget melihat tumpukan koper di depan kamar Ezra. Ternyata Ezra harus
pergi ke Peru untuk misi arkeologinya. Pada malam itu Aline membuka bungkusan
yang dititipkan Sena padanya, ternyata berisi dvd film pendek berdurasi 15
menit, dan yang membuat Aline kaget adalah ternyata film itu tentang dirinya,
Ezra dan Sena yang sengaja direkam oleh Sena menggunakan handycam tanpa
sepengetahuan Aline.
Tiga
hari setelah kepergian Ezra, Aline pergi ke rumah keluarga Poussin untuk
bertemu Sena. Sesampainya di rumah itu Aline didorong keluar oleh Monsieur
Poussin. Sekilas yang ia lihat hanya banyak poster bertuliskan “Moliere”
didalam rumah tersebut.
Aline
kembali ke kediaman Marabel dan menceritakan yang terjadi. Oliver suami Marabel
kemudian memberikan buku Jean Baptise-Poquelin atau Molire seharga empat puluh
juta untuk ditukar dengan Sena. Akhirnya Aline kembali kerumah pasangan
Poussin, saat akan diusir Aline menunjukkan buku itu, dan diijinkan masuk. Namun
yang terjadi buku itu diambil paksa oleh Madame Poussin dan Aline tidak boleh keluar
dari rumah itu sampai ia menyelesaikan ketikan naskah setebal tiga pulus senti.
Sambil mengetik, Madame Poussin bercerita dengan nada tinggi bahwa ialah yang
menghancurkan porselen yang dikirim Marabel dan dibuang di taman Jardin
Luxemburg, sejak saat itu Sena semakin sering membangkang, sering kabur dari
loteng dengan membuat lubang di atap saat pasangan Poussin tidak ada di rumah. Jika
ketahuan Sena akan menerima pukulan beton dan itu sudah sering terjadi.
Setelah
beberapa hari berada di rumah itu Sena akhirnya turun dan langsung menggendong
Aline yang terlihat kelelahan berniat keluar untuk membeli makan. Merekapun dapat
keluar tanpa perlawanan dari pasangan Poussin. Saat keluar itulah Sena dan
Aline pergi ke rumah Marabel. Raut bahagia tidak dapat disembunyikan dari wajah
Marabel karena sudah lama tidak pernah bertemu.
Aline
kembali sendiri ke apartemennya. Sena akhirnya menyusul Aline namun hanya
berada di seberang jalan berbicara dengan Aline dengan handphonenya. Sena
mengungkap alasan mengapa waktu itu ia mencium bibir Aline, itu karena ia tidak
punya cara lain untuk menenangkan Aline yang sedang kalut. Sena meminta waktu
kepada Aline untuk menunggunya karena ingin menyelesaikan masalah dengan
pasangan Poussin. Sena tidak memberi tahu berapa lama Aline harus menunggu dan
Aline bersikeras akan menunggu. Sejak saat itu mereka tidak pernah ada komunikasi,
telepon tidak ada jawaban,e-mail seakan diabaikan.
Dua tahun kemudian
Aline
berhasil menyelesaikan tesisnya dengan nilai yang lumayan dari program master
jurusan prodi histoire. Marabel dan suaminya sudah enam bulan lebih dulu pulang
ke Indonesia. Keluarga Poussin dirawat di rumah sakit jiwa Bicetre Hospital. Marabel
meyakinkan Aline bahwa Sena akan menghubunginya.
Waktu
demi waktu Aline lewati namun tak juga Sena menghubungi. Dengan putus asa Aline
mengirim e-mail kepada Sena untuk memberitahukan bahwa besok Aline akan pulang
ke Indonesia dan mengucapkan terima kasih. Tak ada balasan...
Esoknya
Aline tiba di bandara Charles de Gaulle, ia tidak tahu bahwa Sena mengikutinya.
Terjadi perdebatan dibandara karena Aline kesal Sena tak pernah menghubunginya
dan tidak membalas e-mailnya, membuatnya terlalu khawatir. Sena meminta maaf
kepada Aline dan menjelaskan bahwa selama ini Sena tidak pernah mengira Aline
akan benar-benar menunggunya dan mengira Aline memilih Ezra yang telah kembali
ke Perancis dan ternyata tanpa sepengetahuan Aline.
Saat
terjadi perdebatan, Sena merayu Aline dan mengingatkan dia masih punya satu
permintaan lagi dan Aline langsung menjawab “menikah”. Sena terdiam selama
dalam perjalanan sampai tiba di bandara Jakarta. Marabel menelpon Sena dan
memintanya untuk segera menikah dengan Aline sambil mengancam akan menjodohkan
Aline dengan teman suaminya. Aline mendengarnya karena telpon di loudspeaker. Setelah
telepon ditutup Aline langsung meminta maaf atas permintaan ketiganya dan
meminta Sena tidak perlu memenuhinya segera. Namun Sena tidak ingin Aline jatuh
ke pangkuan pria lain dan memutuskan untuk segera menikahi Aline.
Teka
teki yang menyelimuti pikiran Aline pun terkuak. Porselen itu sangat berharga
karena itu pemberian dari Marabel kakaknya yang sangat ia sayangi. Place de Bastille
dipilih karena mudah di jangkau dan dekat dengan rumah kakaknya, pukul 12 malam
karena Sena menunggu pasangan Poussin keluar rumah. Saat dua malam Sena tidak
datang itu karena pasangan Poussin tiba-tiba menunda kepergiannya. Dan mengapa
baru sekarang ia bisa pergi ke Pere Lachaise, itu karena ia tidak pernah punya
kesempatan keluar selain ke kampus yang jadwalnya sudah dipegang oleh pasangan
Poussin.
Demikian ringkasan novel Paris yang
saya buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar